7 MITOS MASYARAKAT KUDUS - KRAMAT
Dipost Ulang OlehAhmad Fikri Nabil
Universitas Hasyim Asy'ari
Kunjungi sumbernya : http://www.seputarkudus.com/2015/08/inilah-7-mitos-di-kudus-yang-masih.html
Diambil Dari : http://www.murianews.com/wp-content/uploads/2016/01/mitos-masjid-menara-1024x700.jpg
1Doyannonton - Setiap daerah, khususnya di Jawa, mitos masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, termasuk di Kudus. Di Kota Kretek ini, ada sejumlah mitos yang masih berkembang di sebaian masyarakat. Misalnya, tidak boleh menyembelih sapi, atau presiden akan lengser jika berkunjung ke Kudus. Pada tulisan kali ini, seputarkudus.com akan memberi gambaran singkat tentang mitos di Kabupaten Kudus.
Berikut ini adalah sejumlah mitos berbau larangan dan anjuran yang bagi sebagian masyarakat masih diyakini kebenarannya. Namun, ada sebagian yang tidak sepenuhnya percaya namun tetap melakukannya karena faktor budaya.
(1) Masyarakat Kudus dilarang menyembelih sapi
Hingga kini sebagian warga masih percaya dengan mitos tidak boleh menyembelih sapi. Warga yang memiliki hajat atau yang ingin berkurban tidak menyembelih sapi, melainkan kerbau.
Mitos tersebut sebenarnya berawal dari
larangan Sunan Kudus kepada pemeluk Islam untuk tidak menyembelih sapi,
saat awal mula melakukan dakwah di Kudus. Larangan tersebut sebagai
bentuk toleransi untuk menghormati masyarakat Hindu di Kudus yang
mengkramatkan hewan sapi. (baca: Kerbau Simbol Toleransi Umat Beragama di Kudus)
(2) Presiden yang berkunjung ke Kudus akan lengser
Mitos ini juga masih sangat dipercaya
masyarakat Kudus hingga sekarang. Bahkan, batalnya Presiden Joko Widodo
yang akan berkunjung ke Kota Kretek beberapa bulan lalu, dinilai
sebagian masyarakat karena takut akan mitos tersebut.
Mitos ini bermula konon ketika Sunan
Kudus membuat Rajah Kalacakra untuk melindungi muridnya, Arya
Penangsang. Rajah tersebut juga konon saat ini berada di gapura masuk
komplek Masjid Menara Kudus. Penguasa yang melintasi gapura itu
dipercaya sebagian masyarakat akan lengser. (Baca juga: Mitos Lengsernya Presiden Setelah Datang ke Kudus)
Beberapa presiden yang lengser dari
kekuasaannya, antara lain Bung Karno dan Gus Dur, dipercaya sebagian
masyarakat karena mereka berkunjung ke Kudus.
(3) Berpacaran di Colo membuat pasangan kekasih bisa putus
Anggapan berpacaran di kawasan Colo atau
sekitar Makam Sunan Muria, pasangan kekasih akan putus, hingga kini
masih berkembang. Bagi sebagian masyarakat, larangan itu hingga kini
masih berlaku. Benar atau tidaknya mitos tersebut, tentu kembali kepada
kepercayaannya masing-masing.
(4) Ibu yang hamil makan buah pari jotho anaknya akan rupawan
Mitos yang satu ini bukan larangan,
namun justru sebagai anjuran. Masyarakat Kudus yang sedang hamil
dianjurkan untuk memakan buah Pari Jotho. Buah berwarna ungu dan merah
muda tersebut diyakini sebagian masyarakat bisa membuat bayi yang akan
dilahirkan menjadi rupawan.
Hingga kini, buah tersebut masih sangat
mudah di temukan di sekikar komplek Makam Sunan Muria, Desa Colo,
Kecamatan Dawe. Banyak pedagang yang menjajakan buah tersebut di sekikar
makam. Tanaman Pari Jotho masih banyak tumbuh di Pegunungan Muria.
(5) Naik Puncak Songolikur dilarang berkata nama-nama wayang
Puncak Songolikur di Pegunungan Muria
menawarkan pesona alam yang membuat banyak orang berdecak kagum,
khususnya bagi para pendaki gunung. Pendaki tidak hanya datang dari
Kudus dan sekitarnya, namun juga sejumlah daerah di Indonesia.
Para pendaki biasanya diperingatkan
warga sekitar lereng Puncak Songolikur untuk tidak mengucap nama-nama
wayang. Misalnya, semar, bagong, arjuna, petruk, dan nama-nama tokoh
pewayangan lainnya. Masyarakat meyakini, jika dalam pendakian ke puncak
seseorang melakukannya, akan mendapat marabahaya.
(6) Dilarang mempersunting gadis Jepara
Mitos ini sudah sangat jarang diberlaku
bagi masyarakat di Kudus. Namun, ada sebagian kecil masyarakat yang
masih mempercayai mitos larangan mempersunting gadis asal Jepara. Bagi
sebagian kecil masyarakat tersebut, larangan pria Kudus mempersunting
gadis Jepara masih berlaku. Jika larangan tersebut dilanggar, hal-hal
yang tidak diinginkan akan terjadi.
Mitos ini, konon katanya berawal dari
perseteruan antara Sunan Kudus dengan Ratu Kalinyamat. Perseteruan
tersebut menurut cerita yang berkembang di masyarakat, terkait polemik
perebutan kekuasaan setelah Sultan Demak mangkat.
(7) Nasi Jangkrik membuat tanaman dan ternak
Nasi Jangkrik adalah nasi yang dibungkus
dengan daun jadi dan di dalamnya terdapat lauk daging kerbau. Nasi
tersebut dibagikan saat haul Sunan Kudus. Hingga kini tradisi tersebut
masih dilaksanakan. Saat pembagian Nasi Jangkrik, ribuan warga dari
sejumlah daerah mengantre untuk mendapatkan.
Nasi tersebut, selain dipercaya memberi
keberkahan ketika dimanakan seseorang, juga bisa memberi keberkahan pada
tanaman dan hewan ternak. Nasi Jangkrik yang dikeringkan menjadi nasi
aking, ditaburkan ke tanaman dengan harapan bisa subur. Selain itu, nasi
aking itu jika dicampurkan ke makanan ternak akan membuatnya gemuk dan
sehat.
Demikian sejumlah mitos yang berkembang
di sebagian masyarakat di Kudus. Mitos-mitos di atas di ambil dari
sumber yang berkembang melalui tutur. Namanya mitos, tentu boleh
diyakini boleh juga tidak. Hal itu kembali kepada tiap pribadinya.
0 komentar:
Post a Comment