STOCK TERBATAS !!

Monday, February 1, 2016

SITUS BERSEJARAH MOJOKERTO DI JAWA TIMUR



GAPURA WRINGIN LAWANG

Lokasi : Gapura Wringin Lawang ada di Dukuh Wringin Lawang, Desa Jati Pasar, Kec. Trowulan Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang masuk kearah selatan 200-an meter.
Riwayat Singkat :
Gapura Wringin Lawang disebut juga candi Jati Purno, yang terletak di Desa Jati Pasar (dulu merupakan pasar kerajaan Majapahit). Sebutan yang digunakan terkadang Gapura, terkadang candi. Disebut Wringin Lawang karena bentuknya seperti pintu (lawang) dan di dekatnya tumbuh sepasang pohon beringin. Bangunan terrbuat dari bahan bata merah dan dalam keadaan polos tanpa hiasan. Bentuk bangunan seperti sebuah candi yang dibelah menjadi dua, dari atas ke bawah, sama bentuk dan kemudian di letakkan renggang. Bagian atap tidak tertutup. Bentuk gapura seperti itu disebut model “Candi Bentar” atau “Gapura Gapit” atau “Gapura Belah”.
Tinggi gapura 13,70 meter. Pada bagian tertentu gapura telah dikonsolidasi (tambal sulam). Bangunan ini menempati areal tanah seluas 616 M2.Umumnya, orang menghubungkan gapura ini dengan gapura masuk ke ibu kota Majapahit yang terletak di sebelah utara. Bila demikian, tentunya ambang gapura harus menghadap ke arah utara – selatan. Sedang arah hadap gapura Wringin Lawang ini Timur – barat, sehingga diduga merupakan pintu gerbang masuk ke kepatihan. Sebab, selain menghadap barat – timur, juga letaknya dekat denag pasar dan terpisah dari kraton. Gapura Wringin Lawang ini belum bisa disebut sebagai pintu gerbang utama. Sebab pintu gerbang istana Majapahit berpagar besi dan kereta dapat masuk di tengahnya. Situs gapura Wringin Lawang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat sekitar yaitu untuk mencari berkah dan untukselamatan dengan sesaji.

CANDI BRAHU
Lokasi : terletak di Desa Bejijong, Trowulan. Dari jalan Mojokerto – Jombang dapat ditempuh dari Musium Lama (Kantor Suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur) menyeberang jalan ke Utara sejauh 1,8 Km.
Riwayat Singkat :
Candi Brahu merupakan bangunan candi dalam pengertian yang sebenar-nya. Umumnya candi terdiri dari tiga bagian, yakni : kaki candi yaitu bagian bawah, merupakan gambaran kehidupan. Tubuh candi yaitu bagian tengah, sebagai tempat untuk bertobat. Atap atau mahkota candi yaitu bagian atas, sebagai tempat yang suci untuk bersemayam roh. Bagian atap candi Brahu telah runtuh, dduga dulu berbentuk piramidal. Keseluruhan bangunan terbuat dari bata merah dan masih dalam keadaan polos. Bentuk bangunan hampir bujur sangkar, dengan ukuran 18,50 x 20 meter dan tinggi 17,21 meter. Pada keempat sisinya terdapat bagian-bagian yang menjorok keluar yang disebut penampil. Penampil depan nampak lebih panjang dari penampil belakang-nya. Pada sisi barat terdapat bagian yang menjorok ke dalam yang menuju ke bilik candi. Bagian ini merupakan tangga masuk ke bilik candi. Di bilik candi ada bekas altar atau meja sesaji.
Candi Brahu tidak berdiri sendiri, disekitarnya terdapat bangunan candi-candi lain, yaitu candi Gentong, candi Gedong dan candi Tengah. Di antara ketiga candi itu, hanya candi Gentong yang masih terlihat sisa-sisanya, dan terletak di sebelah timur candi Brahu. Di sekitar candi Brahu pernah ditemukan benda-benda kuno, antara lain :
* benda-benda dari emas dan perak.
* 6 buah arca yang bersifat agama Budha.
* piring perak yang bagian bawah bertuliskan kuno.
* 4 lempeng prasati tembaga dari jaman sindhok.
Bangunan candi Brahu diduga bersifat Budhistis, ada dugaan dibangun sejak awal Majapahit, tetapi ada pula yang menduga dari abad XV. Sebagian bangunan telah dikonsolidasi. Ada kepercayaan, bahwa candi Brahu ini pernah digunakan untuk memperabukan/ membakar raja Brawijaya I sampai IV. Namun dalam penelitian belum pernah ditemukan adanya bekas-bekas abu mayat.
KOLAM SEGARAN
Lokasi : Kolam Segaran terletak di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, tepatnya di sebelah timur laut Museum Purbakala Trowulan, di tepi jalan desa jurusan Trowulan-Pakis.
Riwayat Singkat :
Bangunan berupa sebuah kolam yang sangat luas kemudian disebut disebut Segaran. (segaran berasal dari segara=laut berakhiran –an = buatan). Ditemukan kembali dari timbunan tanah pada tahun 1926 oleh Ir. Henri Maclaine Pront, yaitu arsitek berkebangsaan Belanda yang pernah mendirikan Museum Trowulan (lama), serta perhatiannya cukup besar dalam penelitian bekas kota Majapahit. Bangunan yang ada sekarang adalah hasil pemugaran yang dimulai pada tahun 1974 dan dikerjakan selama kurang lebih 10 tahun, jadi selesai pada tahun 1984. Dari jumlah keseluruhan batu bata kolam sebanyak 8589 m3 yaitu sejumlah 412.200 buah, 43%nya (3692 m3) sebanyak 177.200 buah di antaranya dipasang ulang.
Selama pemugaran berlangsung terutama sewaktu diadakan penggalian kepurbakalaan, tidak ditemukan benda-benda yang berarti kecuali sebuah mata kail emas, kepingan tulang-tulang, sebuah pegangan tutup dari tanah liat dan sebuah lumpang batu kecil. Luas kolam segaran keseluruhan menempati areal 6,50 ha. Bangunan memanjang dari utara ke selatan sepanjang 375 m, lebar 175 m, tinggi tembok 2,88 dengan ketebalan dinding 1,60 meter.

Pintu masuk kolam yang sekaligus berfungsi sebagai pintu keluar terdapat di bagian barat, di sini terdapat teras yang berukuran panjang 10,40 meter,lebar 8,40 meter dengan tangga turun yang berupa undak-undakan selebar 3,50 meter. Kalau dahulu kolam memperoleh air dari sungai kecil yang berada di bagian barat laut, kini saluran air masuk dipindahkan di sudut tenggara.

MAKAM PUTRI CEMPA

Lokasi : Terletak di desa Trowulan, kecamatan Trowulan, dapat dicapai dari peremapatan Trowulan ke arah selatan sekitar 500 m, kemudian pada sebuah simpang tiga belok ke timur sejauh lebih kurang 250m. tepatnya bangunan Makam Putri Cempa di sebelah timur Laut Kolam Segara.
Riwayat Singkat :
Makam Putri Cempa dikeramatkan terutama pada hari-hari tertentu yaitu pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Legi ramai dipenuhi oleh para wisatawan dalam berbagai keperluan. Nama “Putri Cempa” adalah nama yang diberikan berdasarkan cerita rakyat. Obyek yang mempunyai nilai kepurbakalaan adalah batu nisan berangka tahun 1370 Saka (1448 M) dalam huruf Jawa Kuno. Nisan berangka tahun tersebut sebanyak dua buah, yang satu terletak di makam utama yaitu di halaman paling belakang di tempat yang letaknya agak tinggi dan sebuah lagi di halaman tengah dalam ukuran lebih kecil. Yang pertama berukuran, tinggi : 62 cm, lebar ; 43 cm, dan tebal : 13 cm. sedangkan yang kedua, tinggi : 32 cm, lebar : 22 cm, dan tebal : 11 cm. peristiwa apa yang ditandai dengan tahun 1370 Saka tersebut belum dapat dipecahkan. Kemungkinan komplek makam Putri
Cempa adalah makam-makam bangsawan atau Keluarga majapahit yang telah masuk agama islam.
KOMPLEK MAKAN TROLOYO
Lokasi : Di Dukuh Sidodadi, Desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan. Kira-kira 750 m di sebelah selatan Candi Kedaton dan Sumur Upas.
Riwayat Singkat :
Dahulu komplek makam Troloyo berupa sebuah hutan, seperti hutan Pakis yang terletak lebih kurang 2 Km di sebelah selatannya. Peneliti pertama kali P.J. Veth, hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais seorang sarjana berkebangsaan Perancis,hasil penelitiannya dibukukan dalam “Etudes Javanaises I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya” yang dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise D’extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957. Menurut Damais angka-angka tahun yang terdapat di komplek makam Troloyo yang tertua berasal dari abad XIV dan termuda berasal dari abad XVI. Kesimpulannya bahwa ketika Majapahit masih berdiri orang-orang Islam sudah diterima tinggal di sekitar ibu kota. Ada dua buah kelompok atau komplek pemakaman : sebuah komplek terletak di bagian depan yakni di bagian tenggara dan sebuah lagi di bagian belakang (barat laut). Komplek makam yang terletak di sebuah bagian depan berturut-turut sebagai berikut :
1. Makam yang dikenal dengan nama Pangeran Noto Suryo, nisan kakinya berangka tahun dalam huruf Jawa Kuno 1397 Saka (= 1457 M) ada tulisan arab dan lambang ‘surya Majapahit”.
2. Makam yang dikenal dengan nama Patih Noto Kusumo, berangka tahun 1349 Saka (1427 M) bertuliskan Arab yang tidak lengkap dan lambang surya.
3. Makam yang dikenal dengan sebutan Gajah Permodo angka tahunnya ada yang membaca 1377 Saka tapi ada yang membaca 1389 Saka, hampir sama dengan atasnya.
4. Makam yang dikenal dengan sebutan Naya Genggong, angka tahunnya sudah aus, pembacaan ada dua kemungkinan : tahun 1319 Saka atau tahun 1329 Saka serta terpahat tulisan Arab kutipan dari surah Ali Imran 182 (menurut Damais 1850).
5. Makam yang dikenal sebagai Sabdo palon, berangka tahun 1302 Saka dengan pahatan tulisan Arab kutipan surah Ali Imran ayat 18.
6. Makam yang dikenal dengan sebutan Emban Kinasih, batu nisan kakinya tidak berhias. Dahulu pada nisan kepala bagian luar menurut Damais berisi angka tahun 1298 Saka.
7. Makam yang dikenal dengan sebutan Polo Putro, nisannya polos tanpa hiasan. Menurut Damais pada nisan kepala dahulu terdapat angka tahun 1340 Saka pada bagian luar dan tulisan Arab yang diambil dari hadist Qudsi terpahat pada bagian dalamnya.
Sebagian dari nisan-nisan pada Kubur Pitu tersebut berbentuk Lengkung Kurawal yang tidak asing lagi bagi kesenian Hindu. Melihat kombinasi bentuk dan pahatan yang terdapat pada batu-batu nisan yang merupakan paduan antara unsur-unsur lama unsur-unsur pendatang (Islam) nampaknya adanya akultrasi kebudayaan antara Hindu dan Islam. Sedangkan apabila diperhatikan adanya kekurangcermatan dalam penulisan kalimah-kalimah thoyyibah dapat diduga bahwa para pemahat batu nisan nampaknya masih pemula dalam mengenal Islam.
CANDI BAJANGRATU
Lokasi : Candi Bajangratu terletak di Dukuh Kraton, desa Temon kecamatan Trowulan. Perjalanan dapat ditempuh dari perempatan Dukuh Nglinguh ke arah timur sejauh kurang lebih 2 Km. Candi Bajangratu terletak sekitar 200 m masuk ke utara dari jalan desa.
Riwayat singkat :
Candi Bajangratu sewaktu ditemukan dalam keadaan yang mengkhawatirkan, untuk menghindari kerusakan, maka pada tahun 1890 dipasangkan balok-balok kayu sebagai penyangga langit-langit. Kemudian diganti dengan besi. Penyelamatan bangunan dari reruntuhan diselesaikan pada tahun 1915, sedang penggalian serta penyelidikan di sekitar candi tahun 1991. Bangunan yang ada sekarang adalah hasil pemugaran dari tahun 1985 / 1986 kemudian dilanjutkan tahun anggaran 1988 / 1989 sampai dengan 1990 / 1991. Bentuk Bangunan
Candi Bajangratu berbentuk Gapura pintu masuk, terbuat dari batu bata merah kecuali undak-undakannya dan bagian atas langit-langit dan ambang atas terbuat dari batu andesit. Candi Bajangratu sebenarnya adalah gapura atau regol, modelnya seperti candi Bentar tetapi ada tutup di atasnya sering disebut Paduraksa diikuti dengan Semartinandu artinya depan dan belakang hampir sama. Candi bajangratu sebelah kiri dan kanan terdapat samprangan dinding yang membujur ke arah timur dan barat. Maka Candi Bajangratu termasuk gapura bersayap. Model semacam ini dapat ditemukan di daerah lain seperti :
* Komplek makam Sendang Duwur di Pacitan, Lamongan.
* Gapuro Jedong di Ngoro, Mojokerto.
* Plumbangan di Blitar.
Gapuro Bajangratu tinggi 16,10 meter, lebar 1,74 m dan panjang 11,20 meter. Umurnya candi Jawa Timur berbentuk kubus dan ramping. Bagian mahkota bangunan merupakan perpaduan tingakatan yang merupakan kesatuan makin ke atas makin kecil dan diselingi dengan pelipit-pelipit yang mendatar. Pelipit-pelipit tersebut dihiasi dengan sulur daun-daunan yang pada bagian tengahnya dan bagian sudutnya berhiaskan bentuk “Plata batu” atau monokol simblop artinya semua bagian-bagian tidak ada yang sama jadi hanya satu. Antara menara-menara tersebut juga diselingi pelipit-pelipit mendatar. Yang sangat menarik adanya ukiran-ukiran yang berupa sepasang cakar yang diapit oleh Naga pada bagian atap gapura.
Pada dinding kanan sayap gapura tedapat relief Ramayana sedang pada bagian kaki gapura kanan tangga masuk pada bidang menghadap ke selatan dan timur terdapat relief Sri Tanjung.
Menurut pendapat Sri Suyatmi menghubungkan dengan wafatnya Raja Jayanegara yang mangkat tahun 1328. Apabila pembangunan gapura dilaksanakan 12 tahun setelah pesta Srada maka pendirian gapura Bajangratu berlangsung tahun 1340. Bentuk pintu sudah ada penyangga atap terbuat dari besi. Hal ini masih ada jenang pintu. Kemungkinan gapura ini dulunya berpintu dapat ditutup sebagaimana disebutkan dalam buku Negara Kertagama pintu terbuat dari besi yang berukir.
Candi Bajangratu dalam Mithos :
Ketika permaisuri raja Brawijaya V dari Majapahit yang bernama Dewi Arimbi sedang dalam keadaan hamil sang prabu memerintahkan untuk membangun sebuah gapura dengan maksud sebagai gerbang masuk ke tempat kediaman calon putra mahkota yang akan lahir. Dewi Arimbi adalah sebenarnya seorang puteri raksasa yang berasal dari Negeri Alengka. Ketika kandungan semakin tua dan melahirkan rahasia sang puteri diketahui oleh sang Prabu dan terdorong oleh rasa malu sang puteri kemudian meninggalkan istana dan ke hutan Damarwulan, di Kuncong Kediri. Di sini sang puteri melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Arya Damar.
Pembangunan gapura terpaksa tidak dilanjutkan hanya bagian kiri dan kanan gapura dipahatkan relief raksasa seolah-olah gambar Dewi Arimbi. Karena gapura ini gagal untuk Kraton maka kemudian dikenal dengan nama Bajangratu, artinya wurung tidak jadi ratu. Cerita ini membekas di masyarakat terbukti masih ada kepercayaan tabu, bagi para pejabat pemerintah untuk memasuki gapuro karena akan membawa kesialan (wurung).

CANDI TIKUS
Lokasi : Terletak di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Dari Candi Bajangratu ke arah tenggara sekitar 500 m.
Riwayat Singkat :
Candi Tikus ditemukan dari timbunan tanah pada tahun 1914. Pada masa itu di daerah Temon dan sekitarnya sedang dilanda hama tikus. Setiap diadakan pengejaran tikus tersebut lari dan masuk ke suatu lubang yang terletak di sebuah gundukan tanah. Lubang tersebut ternyata menjadi sarang tikus dan akhirnya dibongkar atas perintah Bupati Kromojoyo Adinegoro, ternyata di dalamnya terdapat bagian dari sebuah bangunan. Ketika penggalian dilanjutkan yang nampak adalah sebuah bangunan. Atas ijin Dinas Purbakala penggalian menampakkan seluruh bangunan diteruskan dan selesai tahun 1916. Penyelidikan dilanjutkan dan selesai tahun 1923. Dalam pembenahan lingkungan diadakan perluasan areal sehingga halaman purbakala menjadi lebih luas.
Bentuk Bangunan
Bangunan tersebut di kalangan masyarakat dikenal sebuah pemandian suci di masa lampau sering dengan upacara keagamaan. Bangunan berukuran panjang 25,40 meter, lebar 23,60 meter, tinggi 3,50 meter. Bangunan petirtaan berupa teras bersusun-susun yang menonjol di dinding sisi selatan menjorok ke depan, dua bilik kolam masing-masing berada di sudut timur laut dan barat laut serta dikelilingi dinding yang bentuknya bertingkat-tingkat. Keseluruhan bangunan terbuat dari batu bata merah, kecuali pancuran terbuat dari batu andesit. Jalan menuju ke kolam terletak di bagian utara yang berupa trapatan undak-undakan selebar 3,50 meter. Bangunan teras yang menjorok ke depan adalah bangunan percandian. Dinding teras I terdapat menara masing-masing 8 buah, pada teras II juga terdapat 8 buah. Sedang di bagian depan dikelilingi pancuran berjumlah 17 buah. Pada candi induk terdapat sebuah menara yang dikelilingi 8 buah menara. Di bawahnya ada 4 buah menara pada sudut teras dan 4 buah lagi pada bagian tengah masing-masing sisi. Bangunan tersebut menggambarkan gunung Mahameru yang dianggap suci bagi pemeluk agama Hindu. Air yang keluar dianggap suci.
Dua buah bangunan yang berupa bilik kolam berukuran 2 meter, panjang 3,50 meter, tebal dinding 0,80 meter serta kedalaman 1,5 meter. Sampai saat ini belum diketahui fungsinya. Pada saluran pembuangan diduga setinggi 80 cm yang letaknya di bawah sebelah kanan tangga.

Catatan : masih banyak situs di trowulan ini yang belum diungkapkan

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com

Tips & Trik Terbaru !!